Sarjana Kok Nganggur ???

Kenapa Banyak Sarjana Yang Pintar Masih Menjadi Sarjana Pengangguran ?

Sarjana Kok Nnganggur???



Banyak faktor yang menyebabkan banyak sarjana pintar menganggur. Contohnya adalah sebagai berikut :
  1. Tidak mempunyai siasat atau trik di dalam melamar kerja.
  2. Tidak mau bekerja kalau tidak sesuai dengan syarat yang diinginkannya. Misalnya harus menjadi pegawai negeri. Malu bekerja sebagai salesman, padahal banyak orang sukses yang memulai karirnya sebagai salesman. Atau malu kalau bekerja mulai dari bawah sekali.
  3. Tidak mau bekerja kalau tidak sesuai dengan bidang disiplin ilmu yang dipelajarinya saat kuliah dahulu. Misalnya disiplin ilmu yang dipelajari adalah ekonomi jurusan akuntansi. Ingin bekerja sebagai internal auditor, tetapi oleh perusahaan ditawarkan bekerja sebagai marketing atau purchasing. Karena merasa bukan bidangnya, menjadi kuatir tidak bisa, lalu menolak tawaran tersebut. Sehingga harus lama lagi menunggu datangnya panggilan untuk tes dan interview di perusahaan lainnya. Padahal sebenarnya bukan masalah bisa atau tidak bisa, tatapi mau atau tidak mau kita bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang pernah kita pelajari selama kuliah dahulu.
  4. Kesalahan di dalam menulis surat lamaran kerja (selanjutnya akan ditulis surat lamaran), baik berupa format surat maupun isi surat.
  5. Keterlambatan datangnya surat, baik surat lamaran kita ke perusahaan sehingga lowongan kerja telah diisi oleh orang lain. Maupun surat panggilan untuk tes atau interview (selanjutnya akan ditules tes dan interview) yang dikirim oleh kurir. Sehingga kita tidak dapat hadir di waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan. Jika surat panggilan dikirim lewat email maka kita terlambat membuka dan membaca email tersebut.
  6. Hanya melamar ke beberapa tempat saja, seterusnya menunggu hasil dari lamaran tersebut. Setelah menunggu beberapa bulan tidak ada hasilnya, barulah melamar ke beberapa tempat lagi untuk kemudian menunggu hasilnya. Demikianlah seterusnya, sampai pada akhirnya ia menjadi stress sendiri. Kemudian menyalahkan orang lain (pewawancara, bekas dosennya, sanak famili, dll), serta menyalahkan pihak lain (perusahaan yang dilamar, universitas tempatnya belajar yang tidak bermutu, dll).
  7. Hasil tes, psikotes, interview dan tes kesehatan yang kurang baik.
  8. Ada pesaing yang nilainya lebih bagus dari pada nilai dirinya, baik nilai study akademisnya maupun hasil tesnya. Atau ada pesaing minta gaji yang lebih rendah. Oleh karena itu trik "gaji dapat dinegosiasikan" sangat penting di sini.
  9. Gaji yang diminta terlalu tinggi (apalagi jika tidak mempunyai pengalaman kerja), sehingga perusahaan merasa keberatan atas gaji yang kita minta tersebut. Kadang-kadang gaji yang kita minta melebihi gaji dari atasan kita. Tentu saja ia segera menolak untuk memproses lebih lanjut surat lamaran kita.
  10. Banyak atasan yang takut kalau menerima bawahan yang lebih pintar dari dirinya. Mereka takut sewaktu-waktu kedudukan mereka akan digeser oleh bawahannya yang lebih pintar tersebut.
  11. Tidak mempunyai nilai tambah atau kelebihan apapun di bidang yang dilamarnya.
  12. Faktor keberuntungan atau hoki. Sebab bisa saja sebenarnya ia yang diterima tetapi karena ada saingan baru yang merupakan koneksi atau titipan dari pihak-pihak tertentu maka ia terpaksa harus dikorbankan oleh pihak manajemen perusahaan.
  13. Cepat putus asa. Setelah melamar beberapa kali dan tidak berhasil maka tidak mengirimkan surat lamaran lagi.
  14. Faktor-faktor lain. Di sini bisa berarti banyak, antara lain faktor tubuh (cacat, penyakit, kurus sekali, gemuk sekali, jelek, pendek), faktor kepribadian (suka berbohong, malas sekali, cepat tersinggung, sok pintar), maka manajemen perusahaan akan berpikir dua kali untuk mempekerjakannya.
  15. Terlalu banyaknya saingan sementara lowongan kerja terbatas.
  16. Mereka tidak kreatif untuk menciptakan lowongan kerja
, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Seorang serjana seharusnya tidak menjadi beban masyarakat dan pemerintah karena menganggur. Sebab pada dasarnya pemerintah dan masyarakat mengharapkan seorang sarjana dapat menciptakan lapangan kerja atau berwiraswasta dan bukannya memperpanjang atau memperketat persaingan untuk mendapatkan lowongan kerja yang sudah ada.

Komentar